Halo. Nama gue Nur Faizuddin. Gue seneng
dipanggil Faiz. Namun, orang-orang disekitar gue nampaknya lebih nyaman dengan sebutan
Zudin buat gue. Boleh lah, . Gue Faiz atau Zudin yang masih duduk di kelas
sepuluh di sebuah SMA paling kece di Kota Malang. Sebagai seorang murid baru
tentunya gue sangat ingin tahu tentang apapun yang ada dan terjadi di sekolah
yang bakal gue tinggali selama tiga tahun ke depan nanti.
Ya. Untuk mencapai semua keinginan
gue tersebut, gue mencoba bergabung dalam sebuah kelompok. Bukan kelompok juga
sih, melainkan organisasi. Organisasi yang pasti ada ditiap sekolah. Organisasi
yang isinya orang-orang top banget. Organisasi yang kalo elu lewat di
lorong semua mata bakalan tertuju ke elu. OSIS.
Di setiap tahun OSIS selalu merekrut
pengurus-pengurus baru. Gue daftar di tahun pertama gue sekolah disini. Tapi,
ini bukan cerita gue waktu daftar di OSIS itu. Ini cerita setahun setelahnya.
“Zud, kamu jadi kandidat calon ketua
OSIS tahun depan lo” Mas Ody, ketua OSIS
What?. Kata itu membahana
dalam pikiran gue. “Insyaallah Mas, siap”
Seketika itu gue bingung harus
gimana. Harus nyesel, seneng, apa berontak? Apa harus kupecahkan saja gelas di
pasar biar ramai? Oke, gue mencoba bijaksana. Gue sikapin dewasa aja. Toh, apa
salahnya sih mengemban amanat.
Emang sih dari awal gue menduga hal
kayak gini bakalan muncul. Secara posisi gue di OSIS itu jadi wakil ketua.
Ceritanya nih, waktu daftar mau jadi pengurus OSIS dulu gue lolos. Terus,
dipilih jadi wakil ketua dampingin Mas Ody yang super kece banget leadership-nya.
Dan inilah gue setelah setahun dampingin Mas Ody buat memimpin OSIS.
Seminggu setelah menerima titah dari
sang ketua lama, Mas Ody. Kandidat-kandidat yang lain pun mulai bermunculan.
Dimulai dari kandidat nomor urut empat. Namanya Putri Intifada. Anaknya pinter,
kritis banget. Bahkan kalau lagi otak-atik problem
itu bisa dari akar sampai pucuk
daun. Dia juga inovatif banget anaknya. Dia terlihat musuh yang paling
berbobot. Disamping body-nya yang emang lumayan gak kecil.
Next, kandidat nomor
urut tiga. Gadis bernama Gizzela Kurnia ini gak bisa dibilang sebagai musuh
yang enteng. Soalnya posisi dia di OSIS jadi wakil sekretaris. Dia anaknya
tekun dan teliti banget. Detil banget anaknya. Tapi gak tau juga dia pamornya
di anak-anak yang lain gimana.
Saingan terakhir.
Namanya Bagus Satria nomor urut dua. Dia temen sekelas gue sih sebenarnya. Dan
dari gerak-geriknya dia yang paling ambisius buat ngrebutin posisi jadi ketua
OSIS ini. Management dia di OSIS lumayan
bagus sih. Dia anak band, jadi mungkin fans dia di sekolah
lumayan banyak.
Dan nomor urut satu.
Nur Faizuddin. Anaknya simple banget sih. Sosoknya kelihatan alim. Apa sok
alim, ya? Gak tau juga. Biasa banget anaknya. Kalo dibanding kandidat yang lain
kayaknya yang paling gak ada power-nya deh. Itu gue.
Anak SMA yang dimana-mana pakai kupluk ala orang haji.
Gue emang terlihat
kurang kompeten dari kandidat lain. Tapi gue punya satu tujuan. Gue pengen
ngerubah system yang ada di OSIS. Karen gue tahu kalo system di OSIS ini udah
gak bagus banget buat diterapin. Udah banyak minus-nya. Apalagi
setelah gue gabung di OSIS, udah tahu semua bejatnya mulai dari bawah sampai
atas. Makanya gue pengen mencoba merubah system itu.
Normalnya sebuah
pemilihan ketua. Pasti ada pemilihan umumnya. Dan dimana-mana pemilihan umum
pasti ada orasi atau kampanyenya. Nah, tiap hari sabtu ada yang namanya student
day. Hari khusus buat anak-anak sekolah gue ngadain aktifitas outdoor
seru-seruan. Hari itu dimanfaatin buat kampanye para calon kandidat
ketua OSIS tadi.
Acara kampanye digelar
di auditorium sekolah dan diikutin semua murid mulai dari kelas sepuluh sampai
dua belas. Bahkan guru-gurupun ikut dalam kegiatan rutin tahunan siswa ini.
Acara dimulai dengan orasi dari masing-masing kandidat dan pembacaan visi misi,
yang biasanya cuman janji-janji palsu kayak di kampanye wakil rakyat. Kemudian
proses debat hingga diskusi hangat yang diikuti oleh semuanya. Dua hari
setelahnya, pemilihan umum diselenggarakan yang diikuti oleh lebih dari delapan
ratus pemilih.
Setahun berlalu.
Seperti halnya lambaga atau organisasi lain. Di tutup tahunnya pasti
menyelenggarakan yang namanya laporan pertanggung jawaban. Hal yang paling
mendebarkan bagi kami pengurus OSIS. Apakah kinerja kami selama ini memenuhi
persyaratan dan sesuai dengan yang kami laporkan? Diterima atau ditolak?
Tiba di penghujung
acara MUSAKTI, laporan pertanggung jawaban OSIS. Kami para pengurus OSIS
tinggal menunggu pengumuman dengan hati dag dig dug.
“Setelah menimbang dan
seterusnya. Menilai dan seterusnya. Memutuskan bahwa laporan pertanggung
jawaban OSIS masa bhakti 2012/2013 dinyataka diterima” Pak Ady selaku pembina
OSIS.
Alhamdulillah. akhirnya usaha
gue, bukan usaha kami bersama berbuah hasil. Gue berhasil membawa OSIS tahun
ini menuju ke yang lebih baik dengan “Mesin Renovasi” gue. Seperti yang gue
sebutin di visi gue pas orasi pemilihan ketua OSIS setahun yang lalu. Mesin
Renovasi, mengukir prestasi dengan kreatif, inovatif, dan sportif.
SEKIAN