20.8.14

MESIN RENOVASI



            Halo. Nama gue Nur Faizuddin. Gue seneng dipanggil Faiz. Namun, orang-orang disekitar gue nampaknya lebih nyaman dengan sebutan Zudin buat gue. Boleh lah, . Gue Faiz atau Zudin yang masih duduk di kelas sepuluh di sebuah SMA paling kece di Kota Malang. Sebagai seorang murid baru tentunya gue sangat ingin tahu tentang apapun yang ada dan terjadi di sekolah yang bakal gue tinggali selama tiga tahun ke depan nanti.

            Ya. Untuk mencapai semua keinginan gue tersebut, gue mencoba bergabung dalam sebuah kelompok. Bukan kelompok juga sih, melainkan organisasi. Organisasi yang pasti ada ditiap sekolah. Organisasi yang isinya orang-orang top banget. Organisasi yang kalo elu lewat di lorong semua mata bakalan tertuju ke elu. OSIS.

            Di setiap tahun OSIS selalu merekrut pengurus-pengurus baru. Gue daftar di tahun pertama gue sekolah disini. Tapi, ini bukan cerita gue waktu daftar di OSIS itu. Ini cerita setahun setelahnya.

            “Zud, kamu jadi kandidat calon ketua OSIS tahun depan lo” Mas Ody, ketua OSIS

            What?. Kata itu membahana dalam pikiran gue. “Insyaallah Mas, siap”

            Seketika itu gue bingung harus gimana. Harus nyesel, seneng, apa berontak? Apa harus kupecahkan saja gelas di pasar biar ramai? Oke, gue mencoba bijaksana. Gue sikapin dewasa aja. Toh, apa salahnya sih mengemban amanat.

            Emang sih dari awal gue menduga hal kayak gini bakalan muncul. Secara posisi gue di OSIS itu jadi wakil ketua. Ceritanya nih, waktu daftar mau jadi pengurus OSIS dulu gue lolos. Terus, dipilih jadi wakil ketua dampingin Mas Ody yang super kece banget leadership-nya. Dan inilah gue setelah setahun dampingin Mas Ody buat memimpin OSIS.

            Seminggu setelah menerima titah dari sang ketua lama, Mas Ody. Kandidat-kandidat yang lain pun mulai bermunculan. Dimulai dari kandidat nomor urut empat. Namanya Putri Intifada. Anaknya pinter, kritis banget. Bahkan kalau lagi otak-atik problem itu bisa dari akar sampai pucuk daun. Dia juga inovatif banget anaknya. Dia terlihat musuh yang paling berbobot. Disamping body-nya yang emang lumayan gak kecil.

            Next, kandidat nomor urut tiga. Gadis bernama Gizzela Kurnia ini gak bisa dibilang sebagai musuh yang enteng. Soalnya posisi dia di OSIS jadi wakil sekretaris. Dia anaknya tekun dan teliti banget. Detil banget anaknya. Tapi gak tau juga dia pamornya di anak-anak yang lain gimana.

            Saingan terakhir. Namanya Bagus Satria nomor urut dua. Dia temen sekelas gue sih sebenarnya. Dan dari gerak-geriknya dia yang paling ambisius buat ngrebutin posisi jadi ketua OSIS ini. Management dia di OSIS lumayan bagus sih. Dia anak band, jadi mungkin fans dia di sekolah lumayan banyak.

            Dan nomor urut satu. Nur Faizuddin. Anaknya simple banget sih. Sosoknya kelihatan alim. Apa sok alim, ya? Gak tau juga. Biasa banget anaknya. Kalo dibanding kandidat yang lain kayaknya yang paling gak ada power-nya deh. Itu gue. Anak SMA yang dimana-mana pakai kupluk ala orang haji.

            Gue emang terlihat kurang kompeten dari kandidat lain. Tapi gue punya satu tujuan. Gue pengen ngerubah system yang ada di OSIS. Karen gue tahu kalo system di OSIS ini udah gak bagus banget buat diterapin. Udah banyak minus-nya. Apalagi setelah gue gabung di OSIS, udah tahu semua bejatnya mulai dari bawah sampai atas. Makanya gue pengen mencoba merubah system itu.

            Normalnya sebuah pemilihan ketua. Pasti ada pemilihan umumnya. Dan dimana-mana pemilihan umum pasti ada orasi atau kampanyenya. Nah, tiap hari sabtu ada yang namanya student day. Hari khusus buat anak-anak sekolah gue ngadain aktifitas outdoor seru-seruan. Hari itu dimanfaatin buat kampanye para calon kandidat ketua OSIS tadi. 

            Acara kampanye digelar di auditorium sekolah dan diikutin semua murid mulai dari kelas sepuluh sampai dua belas. Bahkan guru-gurupun ikut dalam kegiatan rutin tahunan siswa ini. Acara dimulai dengan orasi dari masing-masing kandidat dan pembacaan visi misi, yang biasanya cuman janji-janji palsu kayak di kampanye wakil rakyat. Kemudian proses debat hingga diskusi hangat yang diikuti oleh semuanya. Dua hari setelahnya, pemilihan umum diselenggarakan yang diikuti oleh lebih dari delapan ratus pemilih.

            Setahun berlalu. Seperti halnya lambaga atau organisasi lain. Di tutup tahunnya pasti menyelenggarakan yang namanya laporan pertanggung jawaban. Hal yang paling mendebarkan bagi kami pengurus OSIS. Apakah kinerja kami selama ini memenuhi persyaratan dan sesuai dengan yang kami laporkan? Diterima atau ditolak? 

            Tiba di penghujung acara MUSAKTI, laporan pertanggung jawaban OSIS. Kami para pengurus OSIS tinggal menunggu pengumuman dengan hati dag dig dug.

            “Setelah menimbang dan seterusnya. Menilai dan seterusnya. Memutuskan bahwa laporan pertanggung jawaban OSIS masa bhakti 2012/2013 dinyataka diterima” Pak Ady selaku pembina OSIS.

            Alhamdulillah. akhirnya usaha gue, bukan usaha kami bersama berbuah hasil. Gue berhasil membawa OSIS tahun ini menuju ke yang lebih baik dengan “Mesin Renovasi” gue. Seperti yang gue sebutin di visi gue pas orasi pemilihan ketua OSIS setahun yang lalu. Mesin Renovasi, mengukir prestasi dengan kreatif, inovatif, dan sportif.
SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar